Senin, 15 Agustus 2016

Flora dan Fauna Khas Kalimantan Barat

Flora dan Fauna Khas Kalimantan Barat


Enggang Gading

Enggang Gading atau Rangkong Gading (Buceros/rhinoplax vigil) adalah burung berukuran besar dari keluarga Bucerotidae. Burung dini ditemukan di Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Kalimantan. Burung ini juga menjadi maskot ProvinsiKalimantan Barat, dan termasuk dalam jenis fauna yang dilindungi undang-undang. Dalam budaya Kalimantan, burung Rangkong gading (tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat "maskulin". Di Pulau Kalimantan, burung Rangkong gading dipakai sebagai lambang daerah atau simbol organisasi seperti di lambang negeri Sarawak, lambang provinsi Kalimantan Barat, satwa identitas provinsiKalimantan Barat, simbol Universitas Lambung Mangkurat dan sebagainya.
 
Burung Rangkong (Enggang) adalah burung yang terdiri dari 57 spesies yang tersebar di Asia dan Afrika. 14 diantaranya terdapat di Indonesia. Di antara enggang, jenis enggang gading adalah yang terbesar ukurannya, baik kepala, paruh dan tanduknya yang menutupi bagian dahinya. Enggang gading adalah salah satu dari 14 jenis burung rangkong yang ada di Indonesia dan menjadi maskot provinsi Kalimantan Barat.
Karena jumlahnya yang semakin sedikit burung ini termasuk dalam jenis fauna yang dilindungi undang-undang. Burung Enggang Gading diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak, sedangkan dalam budaya Banjar, burung Enggang Gading diukir dalam bentuk tersamar (didistilir) karena Budaya Banjar tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa.
 
Enggang Gading juga merupakan simbol budaya suku Naga di India timur. Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya. Burung ini menyukai daun Ara sebagai makanan favoritnya, tapi tidak jarang juga makan serangga, tikus, kadal bahkan burung kecil. Burung enggang biasa bertengger di pohon yang tinggi, sebelum terbang Enggang memberikan tanda dengan mengeluarkan suara gak yang keras. Ketika sudah mengudara kepakan sayap enggang mengeluarkan suara yang dramatik. 
Burung ini hidup berkelompok sekitar 2 sampai 10 ekor tiap pohon. Terkadang burung terbang bersama dalam jumlah antara 20-30 ekor. Suara enggang ini sangat khas dan nyaring sekali seakan-akan memanggil sekawanannya di balik pohon yang rindang. Musim telurnya dari bulan April sampai Juli dan anak-anak burung yang lebih besar membantu burung jantan dewasa menyediakan makan bagi burung betina dan anak-anaknya yang baru menetas. Namun sekarang ini burung enggang merupakan burung langka yang sudah sangat sulit di temui di hutan Kalimantan, ini dikarenakan pengerusakan hutan borneo yang terus-menerus terjadi, seperti penebangan hutan baik illegal logging maupun untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. 
Nasib burung enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di borneo yang semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Hal ini juga diperparah dengan maraknya perburuan yang dilakukan masyarakat sekitar. Harga persatu kepala burung Enggang dihargai Rp. 2,5 juta. Karena harganya yang mahal banyak warga pedalaman berlomba berburu burung tersebut dihutan.

  • ·         Tengkawang Tungkul


Tengkawang Tungkul
Tengkawang tungkul atau biasa disebut meranti merah' merupakan flora khas provinsi Kalimantan Barat.Tumbuhan ini sudah lama akrab dengan masyarakat Kalimantan Barat karena sejarah pemanfaatannya panjang.Pemanfaatamya sudah berjalan turun temurun serta pembudidayaannya sudah dilakukan sejak lama, kira-kira tahun 1881. Tengkawang jenis ini banyak tumbuh di tanah aluvial di hutan hujan tropis dan wilayah dataran rendah sekitar 600 meter di atas permukaan laut.
Tinggi pohon Tengkawang tungkul dapat mencapai 30 m dengan garis tengah sekitar 60 cm, batangnya tegak, lurus, tidak berbanir, permukaan batangnya berwarna abu-abu serta berbercak-bercak.Daun tengkawang tungkul tunggal, tebal, kaku, besar, bulat panjang. Buahnya bundar telur, berbulu tebal, bersayap.Tinggi meranti merah bisa mencapai 30 meter dan menghasilkan kayu ringan,biasanya kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi ringan, yaitu kayu lapis, perabot rumah tangga, dinding rumah, dan bahan kertas.Selain kayu, bijinya juga dapat dipakai sebagai sumber penghasil minyak nabati.Penanaman Tengkawang Tungkul oleh rakyat di Kalimantan Barat dilakukan dengan biji dan setelah berumur 8/9 tahun baru nampak berbunga serta ber­buah. 

Produksi buah bagus pada umur pohon sekitar 12 tahun lebih. Setelah 4 atau 5 tahun kemudian dari umur pohon 12 tahun/atau lebih dapat terjadi produksi buah secara maksimal yaitu dalam 1 hektare dapat mencapai 600 – 9.000 kg buah. Bahkan buah keringnya diekspor ke Singapura dan Jepang untuk diproses dan diambil minyaknya, minyak tersebut digunakan untuk pengolahan makanan (cokelat), kosmetik, dan lilin.Buahnya, berbentuk bundar telur,berbulu tebal, bersayap 5 (3 sayap besar, 2 sayap kecil).bijiinya dapat dipakai sebagai sumber penghasil minyak nabati</ref> karena dibandingkan dengan biji dari meranti lainnya, biji Tengkawang tungkul mempunyai kadar minyak nabati paling tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar